26 Jul 2017

Pembaca yang budiman,

Setelah melalui masa koreksi yang cukup panjang apakah saham sektor pertambangan sudah mulai layak untuk investasi jangka menengah atau bagus untuk trading pendek saja?? Saya perhatikan beberapa harga komoditas seperti Nikel, Minyak, timah, dan batubara ada sinyal2 untuk bergerak naik.
Pergerakkan harga komoditas dunia ini mestinya akan berpengaruh juga terhadap harga saham emiten yang mempunyai usaha pokok sesuai komoditasnya.

Di Bursa siklus pergerakan setiap sektor saham adalah sesuatu yang wajar, dan kita sebagai invesor / trader bisa menyesuaikan sektor mana yang layak untuk target trading / investasi. Bursa memang sangat sensitif sehingga bagi pelaku pasar memang dituntut untuk jadi insan yang senang membaca dan menganalisa. Setiap informasi yang penting dengan cepat direspon oleh bursa, mulai harga komoditas, bursa global, bahkan kondisi politik dan keamanan.

Sektor pertambangan setidaknya dalam 3 tahun terakhir memang harganya banyak mengalami tekanan mulai minyak, perak, batubara, gas alam, timah, CPO dll. Sehingga kalau kita perbandingkan dengan harga saham2 nya di Bursa itu saling mempengaruhi misalnya saham ELSA, TINS, INCO, PTBA, AALI MEDC. ANTM harga 3 tahun yang lalu jauh lebih tinggi dibanding saat ini sejalan penurunan harga komoditasnya.

Dua pekan terakhir saya melihat ada geliat harga2 komoditas tersebut ada kecenderungan naik, apakah ini sifatnya hanya sejenak atau menjadi awal kenaikan kembali. Maklum harga komoditas dunia ini juga sangat banyak dipengaruhi berbagai faktor sehingga sulit untuk memprediksinya setidaknya untuk jangka menengah.

Memang di bursa ini ada unsur spekulasi yang menjadi bagian tak terpisahkan dalam transaksi perdagangan sahamnya, sehingga kita yang harus bisa membuat manajemen portofolio masing2 menjadi lebih baik.

Saya pribadi mulai tertarik mecermati dan bahkan sudah mulai koleksi saham2 pertambangan seperti INCO, MEDC, ELSA, INDY yang sering saya sebut 4 sekawan sejak 2 pekan lalu. Semalam harga Nikel sudah mencapai kisaran $10.000  Minyak $48,3 dan DJ.Coal $41,7 sehingga kemungkinan untuk saham2 tersebut pnya potensi kembali menguat.

Target saya INCO menuju kisaran 2400 sd 2500, MEDC  2650 sd 2800 ELSA 280 sd 300 dan INDY 900 sd 1000 dua pekan kedepan. Disclaimer.on tentunya namun semua saya dasarkan analisa FA, Prospek, Bandarmologi dan TA seuai pemahaman saya.

Buat pembaca yang ingin bergabung di grup Komonitas Investa silahkan invite ke no WA.087700085334 dengan syarat dan ketentuan yang ada. Kami telah menyediakan grup Komunitas Investa III untuk yang baru.

Jadilah investor / trader yang cerdas, jeli, sabar dan disiplin.

Salam,

Hari Prabowo ( INVESTA )
WA.087700085334

24 Jul 2017



“Yang harus diadili itu kecurangan, jangan adili selera pasar” (hzm)

Boleh jadi Bursa Efek Indonesia (BEI) memang lagi “ketiban sial”. Selang beberapa hari setelah DGIK (PT. Nusa Konstruksi Injiniring Tbk) ditetapkan sebagai tersangka korupsi, kini giliran AISA (PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk) dinyatakan pemerintah mengoplos beras subsidi menjadi beras premium, melakukan miss-selling, mencurangi konsumen dengan menjual produk dengan kualitas lebih rendah dari yang tertera pada label kemasan.

Dalam kedua peristiwa itu, yang paling dirugikan adalah para pemegang saham ritel. Saham DGIK turun 31% sebelum dihentikan perdagangannya oleh BEI, pada hari Kamis minggu lalu. Saham AISA anjlok 25% pada hari Jum’at 21 Juli 2017, setelah pada malam sebelumnya Kapolri dan Mentan datang ke (baca: menggerebek) Gudang PT. Indo Beras Utama (IBU), anak perusahaan AISA, di Kedungwaringin, Bekasi, Jawa Barat, menyegel gudang. Esok harinya Kemendag membekukan aktivitas IBU. Saham tersebut, akan turun lebih tajam seandainya tidak ada tanggul pembatas harga yang ditetapkan oleh BEI.

Bagaimana hukum dan keadilan akan memberikan perlindungan kepada pemegang saham ritel yang tidak berdosa, yang menjadi korban, atau dikorbankan “permainan politik tingkat tinggi”  ini, nanti kita simak dan saksikan bersama. Celetukan ini, seperti biasanya, hanya ingin mengajak masyarakat berakal sehat.

Dua peristiwa itu memuat banyak kontroversi dan menyulut polemik ramai dan panjang. Beras, di Indonesia, memang merupakan produk yang paling pelik dan paling rumit tata niaganya. Pertama, beras bukan sekedar produk ekonomis, dia juga produk sosial dan produk politik. Beras menyangkut hajat hidup orang banyak, bahkan tolok ukur kualitas hidup kaum marjinal, berperan penting dalam kalkulasi angka inflasi, komoditas politik yang bisa menentukan tegak runtuhnya sebuah kekuasaan.

Kedua, beras dihadapkan pada dilema yang pekat. Kalau harganya “terlalu” murah, maka sekian juta petani akan terpuruk dalam kemiskinan turun temurun. Kalau harganya terlalu mahal, sekian juta kaum marjinal tak mampu membeli beras. Pemerintah menginginkan harganya stabil, para pedagang perantara melihat potensi marjin keuntungan yang sangat lukratif dalam tata niaga. Karena berbagai kendala yang berlapis, lingkaran setan ini tak mampu ditembus.

Ketiga, tata niaga yang tidak tertata. Statistik di Amerika Serikat menunjukkan bahwa petani memperoleh rata-rata 73% dari harga yang dibayar konsumen akhir. Di Indonesia, petani padi hanya memperoleh kurang dari 40% dari harga yang dibayar konsumen akhir. Akibatnya ya itu tadi, petani tetap tinggal gurem, rakyat marjinal makan nasi aking, para pedagang perantara berkipas kipas dengan marjin keuntungan yang “wah”. Kalau pemerintah mau stabilitas, tugaskan Bulog masuk secara total dalam tata-niaga beras, mulai dari membeli gabah petani sampai distribusi ke konsumen rumah tangga. Targetnya jelas: intermediaries cost ditekan serendah rendahnya, sehingga petani mendapat marjin hasil yang  lebih tinggi dan masyarakat marjinal dapat membeli beras dengan harga yang lebih terjangkau. Bulog tidak mau dan tidak mampu. Pemerintah tidak memiliki buffer funds yang cukup untuk misi semacam itu.

Kasus AISA, menurut hemat saya, merupakan produk dari kerumitan persoalan beras. Kekacauan persepsi dari berbagai pihak tentang bagaimana tata niaga beras hendak diatur. Saya hanya memiliki informasi dari media massa tentang peristiwa itu.   Dan saya ingin membuat beberapa catatan berdasar infoormasi yang terbatas itu.

Tuduhan  pertama yang terlontar kepada AISA adalah membeli beras subsidi dengan harga murah, untuk kemudian dikemas dalam kemasan yang diberi label sebagai beras premium dan dijual dengan harga tinggi. Pertanyaan spontan yang muncul di kepala saya adalah: Mengapa beras subsidi yang ditujukan untuk orang orang yang berhak menerima subsidi bisa dijual ke perusahaan? Siapa penjual dan pengedarnya? Mengambil analogi narkotika, bukankah pengedar melakukan pelanggaran yang lebih besar ketimbang pemakai? Mengapa penjual / pengedar itu tidak ditangkap?

Saya sdudah membaca tanggapan resmi yang dikeluarkan oleh manajemen AISA dalam suratnya kepada BEI tanggal 21 Juli 2017,  yang menyatakan bahwa dalam memproduksi beras berlabel, IBU membeli gabah dari petani dan beras dari mitra penggilingan lokal dan sama sekali tidak membeli atau menggunakan beras subsidi yang ditujukan untuk program Beras Sejahtera BULOG atau bentuk bantuan bencana lainnya

Pertanyaan kedua: Apa betul beras itu sekedar ganti kemasan, atau mengalami proses lebih lanjut, semisal penyortiran, pencampuran, pemolesan, pemutihan, pemberian pewangi, dll? Upaya meningkatkan nilai adalah esensi kegiatan produksi. Proses semacam itu membutuhkan investasi dan biaya. Untuk menilai apakah IBU  & AISA mengambil marjin keuntungan terlalu tinggi memerlukan kajian terhadap biaya yang dikeluarkan dalam proses penambahan nilai tersebut. Dari segi pisik saja (tanpa mempersoalkan komposisi kimiawi) beras yang bagus itu tentu  rasanya enak, pulen, putih tanpa polesan kimia, berbau harum, tidak patah apalagi hancur dan tidak mudah basi. Berapa investasi dan biaya yang dikeluarkan untuk proses demikian itu?

Yang harus menjadi juri dalam menentukan apakah suatu produk yang diperdagangkan kemahalan atau kemurahan adalah konsumen!. Kapolri dan Mentan tidak berhak mewakili konsumen untuk menyatakan beras premium itu kemahalan. Menyangkut urusan selera, apalagi indera pengecap, tidak mungkin ada kecurangan yang bertahan sekian lama. Kalau kita masuk ke restoran lalu dihidangkan nasi yang tidak enak, maka tidak akan ada kunjungan kedua ke restoran tersebut. Apalagi beras Ayam Jago dan Maknyus, Juni lalu meraih penghargaan superbrand. Penghargaan seperti itu, tentu sangat mempertimbangkan opini konsumen, kecuali penghargaan itu cuma sekedar “ecek-ecek”.

Beras premium itu beredar terbatas di kalangan “konsumen premium” pula. Oleh karena itu pernyataan bahwa pengoplosan beras dimotivasi oleh keinginan melemahkan ketahanan bangsa, selain terlalu jauh, juga sangat berbahaya.

Kabareskrim Polri kemudian melontarkan dua tuduhan. Pertama IBU membeli gabah dari petani pada harga lebih mahal dari HPP Rp 3.700, per kg, dan itu merupakan pelanggaran (Kompas.com 21 Juli 2017 pukul 18.13). Statement ini membuat persoalan menjadi semakin blur dan akal sehat menjadi sakit. Tuduhan awal, IBU membeli beras subsidi entah dari siapa, lalu sekarang tuduhan membeli gabah terlalu mahal. Masa sih polisi tidak tahu perbedaan antara beras dan gabah? Lalu HPP itu tujuannya agar petani mendapatkan penghasilan yang lebih baik. Kalau ada pengusaha yang bersedia membeli pada harga yang lebih tinggi dari HPP, seharusnya pemerintah berterima kasih. Kalau banyak pengusaha seperti IBU, maka ketentuan HPP tidak lagi diperlukan.

Tuduhan lain lagi terkait perbedaan komposisi kandungan protein, lemak dan kimiawi lain dalam “beras premium” dengan yang tertera pada karung kemasan. Persoalan mudah yang  bisa diselesaikan dengan menunjuk assayer independen untuk megujinya. Kalau memang terbukti terjadi perbedaan yang signifikan, manajemen IBU sangat pantas menerima ganjaran, tanpa perlu menghentikan aktivitas perusahaan. Menghukum pelanggaran tidak harus dilakukan dengan mengerdilkan aktivitas ekonomi.


Kita tak akan membuat jernih air dengan cara mengaduk aduknya

Hasan Zein Mahmud, Instruktur pada LP3M INVESTA



Para anggota grup Investa, para nasabah BNI Securities Semarang dan para pembaca yang budiman,

Belum usai "tergerus" masalah saham DGIK yg didakwa Korupsi kini Investor "tersapu" masalah saham AISA yang pekan kemarin anak usahanya di dakwa melakukan pelanggaran soal pembelian dan oplosan BERAS ?? Dimana kedua harga saham kedua emiten tersebut akhirnya jatuh parah karena investor panik dengan kasus yang menimpa emitennya.

Inilah resiko investor yang dirasakan saat ini, investor harus siap menanggung segala akibat yang menimpa emiten sekalipun investor hanya sebagai pemodal saja dan tidak ikut mengelola perusahaan. Memang sungguh memprihatinkan pengalaman yang baru2 ini bagi investor saham, karena muncul kasus yang selama ini belum pernah terjadi.

Sekedar diketahui bahwa Investor saham biasanya mempunyai analisa2 sebelum memutuskan membeli saham tertentu, baik secara Fundamental dan Teknikal dalam memaksimalkan hasil yang ingin dicapai dan memperkecil resiko investasinya. Namun kejadian akhir2 ini harus menjadi suatu pertimbangan tersendiri yaitu "Manajerial" yaitu bagaimana perilaku manajemen dalam mengelola perusahaan. Sebab keasalahan yang dilakukan Manajemen akan mengakibatkan pula resiko bagi investor sebagai pemodal.

Terlepas dari masalah DGIK dan AISA nanti dinyatakan bersalah atau tidak di Pengadilan namun saat ini harga sahamnya di Bursa sudah "anjlok" dan tentu bagi investor yang sebelumnya sudah memiliki saham kedua emiten tersebut mengalami kerugian. Ini mencerminkan sensitifnya antara harga di Bursa dan informasi media yang ada.

Posisi investor sungguh dilematis di satu sisi diharapakan sebagai pemodal yang perannya amat penting untung perkembangan Pasar Modal karena dengan modal tersebut perusahaan bisa meningkatkan usahanya. Namun disisi lain harus menanggung resiko yang menimpa perusahaan atas apa yang dilakukan Manajemen Perusahaan. 

Selama ini memang belum ara regulasi yang secara khusus melindungi kepentingan investor bila terjadi resiko yang diakibatkan tindakan oleh manajemen perusahaan tersebut. Kalau saja ada manajemen yang nakal maka investor tidak bisa berbuat banyak. Suatu contoh yang terjadi atas beberapa saham yang sekarang didelisting atau dihentikan sementara perdagangannya oleh Bursa seperti saham KARK, INVS, DAVO, SIAP  maka berapa milyar atau bahkan triyun Rupah kerugian investor dan  mungkin saja ini permainan pihak2 tertentu yang belum terungkap secara transapran.

Sepertinya sudah saatnya ada regulasi untuk melindungi investor dalam partisipasinya sebagai pemodal karena tanpa peran investor tentu Pasar Modal tidak bisa berkembang karena modal dari investorlah yang menjadi kunci utama perkembangan Perusahaan yang Go Publik. Janganlah investor hanya diperas dananya dengan tindakan2 yang julik dan lihai dengan berbagai modusnya.

Kepada Aparat Hukum selayaknya selain memang harus tegas namun juga diperlukan kehati2an dalam menangani perkara yang menyangkut Perusahaan yang Go Publik karena dampaknya sangat luas. Dan bisa memilah mana yang kesalahan manajemen dan perusahaan janganlah investor yang sudah dengan niat yang baik berinvestasi ini harus menanggung resiko kerugian karena ulah pihak2 tertentu.

Apalagi kalau Pasar Modal ini sudah dicampur adukkan dengan Politik atau kepentingan lain maka bisa hilang kepercayaan investor. Untuk itulah semoga Aparat Hukum harus profesional dan jangan mau dipengaruhi pihak2 tertentu untuk ditarik keranah politik atau persaingan bisnis.

Otoritas Jasa Keuangan dan Bursa Efek Indonesia juga harus lebih berperan aktif, tegas tetapi  bijak dalam melindungi kepentingan investor jangan investor menjadi korban dan bahkan "dikerjain" pihak2 tertentu. Sekalipun investor sudah paham dengan resiko yang dihadapi dalam berinvestasi tetapi resiko dari faktor lain tentu akan menyakitkan dan tidak bisa ditolerir.

Bagi anggota Komunitas Investa / Investa Community selamat beraktifitas dengan tetap cerdas hati2 sabar dan disiplin dalam berinvestasi.

Untuk yang pingin bergabung di Komunitas Investa silahkan invite ke no WA.087700085344 dengan  syarat2 tertentu yang kami tentukan.

Salam,

Hari Prabowo ( INVESTA )
WA.087700085334

21 Jul 2017

Belum lama Presiden Joko Widodo menyempatkan datang ke Bursa Efek Indonesia guna memberikan dukungan untuk perkembangan Pasar Modal kita.
Berbagai upaya dilakukan baik oleh Otoritas Jasa Keuangan ( OJK) maupun Bursa Efek Indoneisia (BEI) guna memberikan literisasi kepada semua pelaku Pasar Modal agar mendapatkan pemahaman yang memadai pentingnya Pasar Modal kita.

Selagi berbagai pihak sedang berupaya memajukan Pasar Modal kita secara tidak terduga sebelumnya hari Jum'at 14 Juli 2017 kemarin Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menetapkan status tersangka tindak pidana korupsi kepada salah satu Perusahaan Publik yaitu PT. Duta Graha Indah,Tbk (yang kini berubah nama menjadi PT.Nusa Konstruksi Enjiniring, Tbk) dengan kode DGIK di BEI dalam pekerjaan proyek Rumah Sakit Pendidikan Universitas Udayana. 

Banyak pelaku pasar terkejut dengan kasus ini mengingat inilah pertama kali KPK menetapkan status tersangka korupsi kepada Korporasi bukan saja kepada Direktur Utamanya yang sebelumnya lebih dulu telah menjadi tersangka.
Dasar penetapan tersebut yaitu UU Pemberantasan Korupsi Pasal 2 ayat 1 dan atau Pasal 3.
Sebagai perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak  Desember 2007 dimana posisi per 31 Mei 2017 Investor Publik terdaftar sebagai Pemegang Saham sebesar 36% disamping Pemegang Saham lain yaitubeberapa Perusahaan.

Tentu publik akan bertanya bagaimana nasibnya mengingat investor publik ini hanya membeli sahamnya di Bursa dan sebagai Pemegang saham pasif  perusahaan yang mempercayakan pengelolaan Perusahaan  kepada para Direksi dengan pengawasan para Komisaris sebagaimana lazimnya.
Semua tindakan Perusahaan tentu dilakukan oleh Direksi dan menjadi tanggung jawab Manajemen, dimana investor publik sama sekali tidak melakukan apapun dalam operasionalnya perusahaan. Investor publik yang sebelumnya membeli saham PT.Nusa Konsturksi Enjiriring,Tbk (DGIK)  mempunyai harapan investasinya akan mendapatkan hasil berupa Capital Gain sejalan kinerja perusahaan.

Investor sebagai pemegang saham hanya diberi kesempatan mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham dan itupun biasanya tidak banyak yang bisa hadir mengingat RUPS Perusahaan Publik terkesan hanya "formalitas" untuk memenuhi ketentuan yang ada. Semua keputusan Rapat sudah disiapkan oleh Pemegang Saham Pengendali atau mayoritas Pemegang Saham, dan mereka pula yang bisa memilih dan menentukan jajaran Manajemen Perusahaan.

Apabila nanti PT. Duta Graha Indah, Tbk ( saat ini PT.Nusantara Konstruksi Enjiniring,Tbk) dinyatakan terbukti bersalah di Pengadilan lantas apakah hukumannya?  Kalau jajaran Manajemen mungkin mereka akan dipenjarakan, tetapi bagaimana nasib Pemegang Saham publik sebagai investor dan pihak yang justru telah menyetorkan dananya ke Perusahaan.

Kalau saja nantinya Perusahaan sebagai Korporasi harus mengganti kerugian Negara lantas diambil dari mana uangnya apakah sampai Perusahaan harus dilikuidasi?  Inilah yang menjadi banyak pertanyaan terutama Investor Publik yang saat ini memiliki saham yang berkode DGIK itu.

Investor memang harus memahami bahwa investasi di Pasar Modal ini memang relatif mempunyai tingkat resiko yang tinggi disamping harapan keuntungan yang tinggi pula, sehingga memang dibutuhkan kemampuan membuat analisa untuk bisa memprediksi harga saham kedepan. Penurunan dan kenaikan harga saham di Bursa adalah sesuatu yang wajar dan itulah yang menjadi "seni" tersendiri bagi para Investor yang melakukan transaksi di Bursa.

Resiko karena penurunan harga saham yang dibeli oleh investor di Bursa tentu sudah dimengerti dan ini menjadi suatu konsekuensi atas kesalahan dalam memutuskan pilihan saham dan atau harga beli / jualnya. Banyak investor yang menanggung resiko karena harga saham yang dibeli mengalami penurunan dan mereka tidak melakukan protes.

Namun demikian bila Investor Publik sebagai bagian dari Pemegang saham DGIK nantinya harus menanggung resiko karena suatu kesalahan yang dilakukan oleh Manajemen Perusahaan yang menjadi kesalahan secara Korporasi tentu Investor akan sangat kecewa berat kalau harus menanggung kerugian.

Data Laporan Keuangan PT.Nusa Konstruksi Enjiniring, Tbk atau DGIK per Triwulan pertama th.2017 sendiri menunjukkan kondisi Laba sebesar Rp.6.6 milyar dan mengalami pertumbuhan dibandingkan periode yang sama th.2016 sebesar Rp.1,05 Milyar. Perusahaan ini bergerak disektor konstruksi dan diantaranya mengerjakan proyek pembanguan wisma atlet gedung serba guna di Provinsi Sumatera Selatan selain proyek pembangunan Rumah Sakit pendidikan Universitas Udayanan tahun anggaran 2009 - 2010 dimana kedua proyek ini bermasalah dan dilakukan pemeriksaan oleh KPK.

Kasus ini hendaknya menjadi pembelajaran bagi para Investor saham yang telah memilih Pasar Modal sebagai alternatif investasinya karena resiko itu ternyata tidak hanya dari penurunan harga saham yang secara fundamental kinerja Perusahaan mengalami penurunan, sebagaimana teori klasik bahwa funademntal Perusahaan menentukan harga sahamnya.Ternyata resiko investor bisa datang dari kasus yang menimpa Perusahaan karena kesalahan yang dilakukan manajemen Perusahaan. 

Dengan demikian Investor saham tidak hanya cukup mempunyai kemampuan Analisa Fundamental dan Teknikal saja dalam melilih saham sebagai instrumen investasinya tetapi harus melihat bagaimana sepak terjang dari Manajemen Perusahaan, dan ini tentu lebih sulit karena harus mengawasi pribadi jajaran Manajemen. Ibarat naik bus lihat dulu siapa sopirnya.

Mari kita tunggu bagaimana episode kasus PT.Duta Graha Indah, Tbk yang sudah berganti nama PT.Nusa Kontruksi Enjiniring,Tbk ini, haruskah Investor menanggung resiko kerugian karena kesalahan Manajemen ? 

Salam

Hari Prabowo
Ket LP3M Investa

20 Jul 2017


Kepada seluruh peserta ujian TICMI yang masih mendapat kesempatan mengulang ujian, kami beritahukan bahwa untuk tanggal 26-28 Juli 2017, Menyambut HUT Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia,  TICMI telah menawarkan ujian ulangan secara "Gratis" untuk peserta ujian : 

1. WPPE (Wakil Perantara Pedagang Efek)
2. WPPE (Wakil Perantara Pedagang Efek) Pemasaran
3. WPPE (Wakil Perantara Pedagang Efek) Pemasaran Terbatas
4. WMI (Wakil Manajer Investasi).

pelaksanaan di Kantor LP3M INVESTA, dengan membuka kesempatan ujian bagi 80 orang untuk hari Rabu dan Kamis dan 60 orang untuk hari Jum'at.

untuk pendaftaran, silahkan kunjungi website TICMI ( ticmi.co.id/gratis )

kami juga akan mengadakan pelatihan dan Ujian Profesi pada tanggal 26 Agustus 2017 untuk materi WPPE yang informasinya akan diberikan secepatnya melalui media Instagram ( @lp3m.investa ) dan blog LP3M INVESTA.

18 Jul 2017

Dalam konsepsi saya selama ini, harga batu bara berkorelasi positif dengan harga minyak bumi. Saya yakin saya tidak sendiri. Pernah saya baca seorang pakar menyatakan bahwa harga minyak bumi (spot WTI di Nymex, New York Mercantile Exchange) per barrel, mendekati harga spot batu bara di Newcastle per ton dikurangi US$ 40.

Namun pengamatan selama dua bulan paling belakangan menjungkir balikkan konsepsi yang saya pelihara sekian lama. Harga batu bara dan minyak bumi, selama periode dua bulan belakangan, berkorelasi negatif, bergerak berlawanan arah. Harga batu bara naik justru pada saat harga minyak bumi turun, dan sebaliknya. Bahkan selama seminggu paling akhir, 3 – 7 Juli, ketika harga WTI turun 4,26% dari $ 47,07 per barrel (pb) pada 3 Juli menjadi $ 44,23 pb pada 7 juli, harga batu bara justeru naik terus menerus selama lima hari berturut turut, dan ditutup pada $ 82,55 per ton untuk kontak bulan berjalan (LQN17) di Newcastle.

Fakta itu juga menyadarkan saya bahwa minyak bumi bukan substitusi yang “dekat” dengan batu bara, terutama bila bicara kepentingan pembangkit listrik, yang hingga saat ini masih didominasi oleh penggunaan batu bara sebagai sumber energi. Gas alam yang barangkali merupakan sustitusi lebih dekat terhadap batu bara, harganya juga tak berkorelasi positif dengan harga batu bara, setidaknya selama periode year to date (YTD). Mengganti sumber energi di suatu pembangkit, walau sesama energi fosil, nampaknya bukan suatu yang gampang dilakukan, baik secara teknis maupun ekonomis.

Dari hasil cuplik sana sini, saya berkesimpulan bahwa harga batu bara ditentukan oleh aktivitas sektor energi di tiga negara: India, USA dan Cina. Tiga negara itu menghasilkan 2/3 batu bara dunia, sekaligus konsumen terbesar dunia. Produksi ketiga negara itu 5M17 mencapai 121 juta ton, naik 6% year on year (YOY). Selama periode tersebut, produksi China naik 4%, bandingkan dengan penurunan produksi 8% selama periode yang sama tahun lalu. Kini 100 tambang kecil yang ditutup tahun lalu, sebagian dibuka kembali.

Batu bara memang selalu berhadapan dengan dilema. Pada satu sisi merupakan sumber energi terbesar bagi pengadaan listerik dunia, pada sisi lain menghadapi tekanan dari upaya pelestarian lingkungan, pengurangan emisi rumah kaca. Amerika Serikat, yang sebelum naiknya Trump mengkampanyekan gerakan coal war, kini nampaknya melonggarkan sikapnya. Bisa dilihat dari keluarnya AS dari Perjanjian Paris (Paris Climate Accord 2015). Sikap ini berpengaruh langsung terhadap produksi batu bara AS. Produksi negara ini selama lima bulan pertama 2017 naik 19%. Produksi di negara negara yang kaya batu bara seperti Wyoming, Pennsylvania dan West Virginia meningkat sangat tajam.

Walaupun terjadi pembalikan trend produksi batu bara di AS, namun dalam jangka panjang pengurangan produksi dan konsumsi batu bara pasti akan terjadi. Selain semakin banyak yang menantang kebijakan Trump, perusahaan utilitas yang telah menamkan dana utk mengembangkan energi alternatif tidak akan menghentikan upaya mereka untuk kembali ke batu bara.

China dan India juga merupakan importir. China sebagai konsumen terbesar,  menyedot  separo produksi batu bara dunia. Kalau program 35 Giga Watt (GW) di Indonesia, 25 GW akan berasal dari PLTU,  kondisi serupa terjadi di India.  Program electricity for the poor di India, menyasar 260 juta penduduk yang masih hidup tanpa listerik. Ditambah permintaan dari industri yang bertumbuh pesat, kebutuhan listerik di India sangat besar. Saat ini 70% pembangkit listerik di negara ini menggunakan batu bara. As far as India is concern, the use of coal in power plants will continue to grow.

China memainkan peran yang paling menentukan dalam gerakan harga batu bara. Untuk pembangkit tenaga listerik, batu bara masih merupakan sumber energi terbesar. Cina membutuhkan lebih dari 300 juta ton batu bara setiap kwartal. Sensitivitas harga batu bara terhadap situasi di China bisa disimak dari beberpa peristiwa mutakhir.

Ketika Cina menutup sebagian tambang tamnbang batu bara kecil serta melarang pelabuhan pelabuhan kecil, yang umumnya dikelola oleh provinsi, untuk menjadi pintu masuk impor batu bara, harga di   Newcastle dan Rotterdam pada hari berikutnya naik lebih dari 1%. Ketika Sungai Yangtze meluap di Cina Selatan, minggu lalu, menghancurkan 750.000 ha lahan pertanian di sepanjang aliran sungai, menghambat transportasi air, sebagian dari 14 GW hydropower berhenti beroperasi atau menurunkan kapasitasnya. Harga Newcastle naik hampir 3%! .

India dan China tetap mendukung Perjanjian Paris. Dua negara itu menghasilkan hampir separo emisi rumah kaca dari pembakaran batu bara. Namun mereka juga bertekad untuk menjadi pemimpin dalam memerangi perubahan iklim akibat emisi karbon dioksida. Cina mencanangkan tekadnya untuk menghentikan pengguanaan batu bara pada 2030.

Untuk membuktikan tekadnya, Cina kini memproklamirkan dirinya sebagai negara yang paling serius dalam mengembangkan energi terbarukan. Negara itu menyisihkan anggaran sebesar US$ 360 miliar hingga tahun 2020, untuk projek tersebut. Saat ini China menghasilkan 11 % energi yang berasal dari sumber daya non fosil.

China juga telah mengembangkan listrik tenaga surya. Proyek yang mereka sebut sebagai “proyek panda” – hamparan photovoltaics pada areal ratusan herktar mereka desain seperti panda – tersebut ditargetkan menghasilkan 3,2 miliar kilowatt per jam energi surya, satu dekade mendatang. Target tersebut sekaligus akan mengurangi penggunaan batu bara sekian juta ton dan mengurangi emisi karbon hingga 2,74 juta ton (the independent 7 Juli). Rencana itu menempatkan China sebagai produsen energi solar terbesar di dunia, mencapai 77,42 GW pada 2016, dengan target 110 GW pada 2020.

Upaya mengurangi ketergantungan sumber energi terhadap batu bara membutuhkan anggaran yang besar, upaya serius dan waktu yang panjang. Capaian spektakuler Cina dalam membangun listerik tenaga surya di tahun 2016 itu hanya mampu memasok 1% dari total kebutuhan listerik China. Sementara di bagian dunia lain, beberapa negara Asia akan tetap mendorong peningkatan pemakaian batubara. Malaysia Vietnam, Pakistan dan Indonesia sedang menggenjot produksi listerik, dengan sumber energi utama batu bara. Proyek itu diperlukan untuk memacu pembangunan infrastruktur dan menunjang pertumbuhan ekonomi.

Batu bara nampaknya akan tetap membara, minimal dalam kurun waktu satu dasawarsa..

Hasan Zein Mahmud/ Instruktur LP3M INVESTA

Telah dimuat di Investor Daily 11 Juli 2017


13 Jul 2017

Invetasi di Pasar Modal bukanlah GAMBLING meskipun dalam perdagangan di Bursa terjadi fluktuasi harga saham yang tinggi. Investor tidak hanya bisa bermodal uang saja tetapi membutuhkan pengetahuan mulai dari memahahi instrumen2 efek yang diperdagangkan, cara perdagangan di Bursa sampai analisa2nya untuk memperoleh hasil yang diharapkan serta memperkecil resikonya.

Untuk itu kami INVESTA sebagai Lembaga Pendidikan dan Pelatihan dibidang Pasar modal menjadwalkan kembali PELATIHAN UNTUK INVESTOR PEMULA:

PELATIHAN DILAKSANAKAN SECARA ONLINE (dengan saluran YouTube non Publik) sehingga peserta bisa mengikuti pelatihan ini dari manapun dengan perangkat Laptop / PC  dengan jaringan internet.

MATERI PELATIHAN:

1. Pengetahuan tentang SAHAM, RIGHT ISSUE (HMETD), WARAN serta Aksi Korporasi seperti Deviden Saham, Saham Bonus, Stock Split, Reverse Stock.

2. Hak dan kewajiban Investor

3. Sistim perdagangan Saham di Bursa ( Pasar Reguler, Pasar Negosiasi, Pasar Tunai ).

4. Startegi Tradig untuk memaksimalkan hasil dan memperkecil resiko.

5. Psikologi Trading.

WAKTU PELATIHAN

Hari Sabtu tgl.15 JULI 2017 Jam.09.00 sd 16.00

BIAYA PELATIHAN

Rp.350 ribu per orang 
dikirim ke BANK BNI Rek. 0116242021 an HARI PRABOWO
(mohon bukti tranfer di kirim melalui WA saya)

PENDAFTARAN  melalui email investa.p3m@gmail.com atau WA.087700085334 paling lambat tgl.14 Juli 2017.

PESERTA PELATIHAN AKAN DIIKUTKAN ACARA TRADING BARENG  Selasa tgl.18 Juli 2017

Salam,

Hari Prabowo
Ketua INVESTA

11 Jul 2017

Para anggota grup Investa, para nasabah BNI Securities Semarang dan para pembaca yang budiman,

Di awali dengan gangguan di sistem perdagangan JATS di BEI sehingga sempat di hentikan sementara perdagangan dan baru normal jam 10 lebih 16 menit, IHSG perlahan lahan turun sampai penutupan minus 0.74% sehingga posisi terakhir kemarin 5771. Ketika sesi satu perakhir saya sudah merasa kurang nyaman melihat pergerakkan IHSG dengan asing agresif jualan di saham2 Blue Chip terutama saham bank, Semen dan telekomunikasi.

Semenjak IHSG mencapai puncaknya tgl.3 Juli lalu di 5910 nampaknya pergerakkannya terus menjadi berat sehingga cenderung koreksi kembali. Sebenarnya jika bisa bertahan di 5800 masih normal karena kebiasaan Take Profit setelah IHSG pecah record tertimgginya, namun ketika turun dibawah 5800 ini yang saya waspadai. Sebagai masa tunggu saya kira pekan ini apakah bisa kembali diatas 5800 atau tidak, jika bisa kembali di 5800 maka potensi untuk lanjut ke 5900 lagi terbuka peluang namun jika tidak bisa ya harus menunggu waktu yang lebih lama.

Memang menunggu katalis positif yang bisa menggerakkan IHSG menguat kembali saya kira, sementara ini harga komoditas yang mulai positif CPO namun Minyak, Nikel, Timah masih cukup berat untuk naik kembali. Khususnya harga minyak memang sangat berpengaruh untuk beberapa emiten disektor ini. 
Sebagai contoh MEDC dan ELSA yang semula ada sinyal menguat jadi memudar kembali karena harga minyak yang tertekan sampai $ 44 saat ini.

Investor / Trader lokal saat ini sudah semakin bagus kualitasnya degan bisa membuat analisa2 termasuk melihat kondisi makro ekonomi sampai korelasi nya dengan harga komoditas dunia yang ada. Sebagai Investor / Trader memang harus mampu membaca informasi serta menganalisanya sehingga tidak mudah didekte investor asing.

Kembali ke IHSG yang lagi "masuk angin" ini, saya memprediksikan hari Rabo tgl.12 Juli besuk IHSG akan kembali mantul keatas setelah kemarin turun dan hari ini mungkin masih cukup berat. Untuk sementara  bisa kembali ke 5800 sudah cukup baik untuk membuat psikologis pelaku pasar tetap optimis karena begitu psikologis pesimis maka tekanan jual akan lebih agresif.

Saat ini kita tidak bisa serta merta hanya melihat pergerakkan Bursa Global dan Regional karena sudah sering berbeda haluan antara IHSG dengan DOW dan lainnya. Namun saya masih lebih sering menjumpai kondisi IHSG sejalan dengan nilai rupiah terhadap US $ jika rupiah menguat maka IHSG lebih sering positif dan sebaliknya, sekalipun ini juga tidak mutlak.

Untuk target akhir tahun saya masih optimis IHSG akan mencapai 6000 sd 6100 bila kondisi pertumbuhan ekonomi kita bisa sesuai ekspektasi dan daya beli masyarakat kita bisa lebih baik.

Saham2 yang sedang saya perhatikan dan sewaktu2 bisa koleksi adalah SMGR, AALI, LSIP, MEDC, UNVR, BVIC, ELSA  dengan startegi Buy On Weakness (beli kalau harga turun lagi karena potensi mantul keatas lagi).
Semoga IHSG tidak berlama2 masuk anginnya he..hee..

Notes: buat investor yang ingin bergabung di grup Komunitas Investa bisa daftar ke no WA 087700085334. dengan menyebutkan nama, umur dan kotanya.
Kami telah menyiapkan Grup WA baru dengan nama KOMUNITAS INVESTA III bagi anggota baru.

Salam,

Hari Prabowo ( INVESTA )
WA.087700085334

10 Jul 2017

Para anggota grup Investa, para nasabah BNI Securities Semarang dan para pembaca yang budiman,

Dua bulan yang lalu tgl.11 Mei 2017 saya pernah mengulas saham DSFI dan  ketika kemarin saham ini mengalami kenaikan 7,5% dari Rp.119 menjadi Rp.128,- saat IHSG tertekan turun 0,59%. Saya cukup merasa penasaran kenapa saham di bidang usaha perikanan tersebut selama 2 bulan terakhir belum juga naik harganya mengingat saat itu harganya Rp.127,-.

Sebagai perusahaan perikanan yang mempunyai pangsa pasar ekspor 80% dengan bahan baku yang selalu tersedia dilautan kita yang luas seharusnya perusahaan ini mampu berkembang dan secara kinerja harus tumbuh dengan baik.
Apalagi Pemerintah sangat serius mendorong sektor perikanan untuk maju dan berkembang menjadi sektor unggulan kita.   

Sayang saya belum menemukan Laporan Keuangan PT. Dharma Samudera Fishing Industries, Tbl  ( DSFI ) kuartal pertama th.2017 sehingga belum bisa melihat kinerjanya th ini sebagai tambahan analisa. Namun dari paparan Direktur Utama  DSFI penjualan DSFI selama 5 bulan terakhir th.2017 ini sudah mencapai setengah dari penjualan th.2016 terutama dari pasar ekspor yaitu Amerika Serikat dan Eropa dari sejak Maret 2017 sehingga Manajemen mengubah target penjualannya naik dari 6% menjadi 10% tahun ini.

Adapun kontrak  nilai penjualan th 2017 ini sudah mencapai US $ 19,7 juta dan untuk mencapai target penjualan DSFI telah melakukan Revitalisasi sejumlah pabriknya. DSFI juga melakukan pola kerja sama operasional ( KSO ) atau kemitraan dengan Pengusaha di daerah untuk menjangkau pasokan bahan baku ikan sehingga bisa lebih menekan beaya.

Posisi keuangan Desember 2016 BV Rp.80,- kalau harga saat ini Rp.128 maka PBV 1,6 total aset sebesar Rp.328,7 Milyar dan Kapitalisasi pasar Rp.237,7 Milyar dan PER 42 x. Bila th.2017 ini  LABA perusahaan bisa meningkat sejalan dengan kenaikan penjualannya maka tentu akan membuat ratio keuangan lebih baik.

Dari sisi PROSPEK saya masih optimis emiten ini akan mengalami pertumbuhan th.2017 ini dan masa yang akan datang mengingat bidang usaha yang memang sangat dibutuhkan serta pangsa pasar yang luas dengan dukungan Pemerintah. bahkan dalam beberapa hari lalu Menteri Perdagangan kita sampai belajar dari Jepang untuk bisan meningkatkan kualitas bidang perikanan ini

Mungkinkah kenaikan harga 7% akhir pekan kemarin menjadi 128 karena antisipasi Laporan Keuangan th.2017 yang lebih baik ?? kalau benar Labanya meningkat maka saya mempunyai target dalam waktu dekat harga saham DSFI bisa mencapai Rp.150,- per saham. Sekedar mengingat bahwa dalam th.2017 ini harga terendah saham DSFI Rp.116 dan tertinggi Rp.198 bahkan th.lalu harga teringginya Rp.242.

Dari sisi Resiko penurunan harga relatif lebih kecil dibanding potensi kenaikan harganya sehingga bagi yang berminat investasi jsngka menengah silahkan lirik saham DSFI saat ini.

Notes: buat investor yang ingin bergabung di grup Komunitas Investa bisa daftar ke no WA 087700085334. dengan menyebutkan nama, umur dan kotanya.
Kami telah menyiapkan Grup WA baru dengan nama KOMUNITAS INVESTA III bagi anggota baru.

Salam,

Hari Prabowo ( INVESTA )
WA.087700085334

4 Jul 2017


Sebuah pertanyaan diajukan kepada seorang pakar tentang faktor apa saja yang memperngaruhi harga saham. Dengan satu kata sang pakar menjawab: sundry! Semua yang berada di bawah matahari mempengaruhi harga saham. Jawaban yang gampang dan terkesan serampangan itu terbukti kebenarannya secara empiris. Kita menyaksikan berbagai tragedi yang memberikan peluang untuk menangguk untung di bursa saham. Memancing laba dengan musibah? Kenapa tidak! Kata mereka.

Sebut misalnya perang, bencana alam, penyebaran virus, kejatuhan pesawat, bom teroris hingga pembunuhan presiden. Konon ketika flu burung mewabah di Indonesia, dan harga saham perusahaan unggas jatuh ke titik terendah, seorang investor kawakan membeli saham sebuah perusahaan di sektor ini pada harga Rp 250, dan menjualnya enam tahun kemudian pada harga Rp 31.500, merealisasikan keuntungan 12.500%

Setiap peristiwa pembunuhan presiden di Amerika Serikat selalu dikuti oleh penurunan tajam harga saham. Jatuhnya pesawat Valu Jet dalam penerbangan Atlanta – Miami tahun 1996 dikuti oleh turunnya indeks sub sektor penerbangan cutt off air fares sebesar 16% dan kenaikan indeks sub sektor penerbangan regular air fares dengan 12%, akibat migrasi penumpang dari penerbangan diskon ke penerbangan reguler. Saya tak ingat angkanya, tapi serangan fajar ke kantor salah satu partai politik di Jalan Diponegoro di jaman pemerintahan Soeharto dan ledakan bom di BEJ menyebabkan IHSG melorot tajam, walau dengan segera rebound beberapa hari kemudian.

Realita bursa saham memang bertolak belakang dengan tesis akademis tentang pasar modal yang efisien. Empiris membuktikan bahwa investor cenderung irasional dan pasar nyaris selalu overeact, baik terhadap berita bagus maupun berita buruk. Kasus paling gres di BEI adalah perbincangan panas menyangkut isu dukungan perusahaan publik kepada gerakan LGBT, yang sejatinya sudah basi dan terjadi di negara Paman Sam sana.

Bermula dari penawaran umum (IPO) salah satu anak perusahaan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), yaitu PT. MAP Boga Adiperkasa (MAPB) beberapa waktu lalu. MAPB merupakan pemegang hak waralaba Starbuck (NYSE SBUX). IPO MAPB itu  sendiri, menurut saya sudah memuat beberapa kontroversi. Pertama, MAPB hanya menawarkan 1.02% sahamnya kepada publik, padahal BEI menetapkan kebijakan perusahaan tercatat harus dimiliki publik minimal 7,5%. Kedua tanggal listing yang semula direncanakan 23 Juni, karena libur cuti bersama, diajukan menjadi tanggal 22 Juni.

Dari sudut harga, IPO MAPB mengguyur pembeli dengan capital gain yang “wah” dalam kurun waktu sangat pendek. Seperti beberapa IPO sebelumnya pada semester I tahun ini, saham MAPB yang ditawarkan pada harga Rp 1,680, pada hari pertama listing dibuka dengan Rp 2.525 dan ditutup pada harga Rp 3.150. Kenaikan hampir 100%! Namun kemudian, entah darimana sumbernya, di sosial media beredar copy berita pernyatan  CEO Starbuck, Howard Schultz tentang dukungannya terhadap gerakan LGBT, yang diucapkannya dalam RUPS perusahaan itu pada 21 Maret 2013

Berawal dari protes pemegang saham SBUX yang khawatir dukungan terhadap gerakan LGBT itu akan menurunkan kinerja perusahaan, Schultz menjawab: “If you feel respectfully that you can get a higher return than the 38% you got last year, it’s free country....you could sell your shares at Starbuck and buy shares in other companies”

At any measures, jawaban itu memang kurang ajar. Pertama, apakah pandangan pribadi seorang CEO otomatis menjadi corporate value perusahaan yang dimpimpinnya? Kedua, pengeluaran sebuah perseroan terbatas, walau untuk tujuan filantropis, menurut saya, tetap harus meminta persetujuan RUPS. Dana karitas Bill Gates yang masuk ke yayasannya, adalah uang pribadi, dan bukan uang Miscrosoft (NYSE MSFI), walaupun MSFI sendiri merupakan pendukung gerakan LGBT. Ketiga, pemegang saham yang berhak “mengusir” CEO dari perusahaan, dan bukan sebaliknya.

Berita basi itu pun kemudian menghangat kembali. Sebuah organisasi keagamaan langsung bereaksi mmenyebarkan himbauan boikot terhadap produk Starbuck di Indonesia. Sikap prematur para pemuka agama itu kemudian memancing reaksi lanjutan yang lebih ramai dari para pemegang saham yang sangat khawatir keuntungannya akan berkurang.

Saya ingin membuat catatan himbauan lewat kolom ini. Pertama himbauan kepada organisasi keagamaan, agar memeriksa terlebih dahulu setiap isu yang muncul, bila perlu meminta pendapat terlebih dahulu kepada ahli di bidang yang bersangkutaan. Akan lebih bijak apabila organisasi tersebut mengundang pimpinan MAPB untuk didengar. Sebagai pemegang hak waralaba tidak dengan sendirinya MAPB memiliki kultur korporasi yang sama dengan SBUX.

Kedua, peristiwa itu terjadi di Amerika Serikat lebih lima tahun lalu. Isu LGBT, khususnya pernikahan sejenis di Amerika Serikat, tidak hanya berurusan dengan “penyimpangan seksual” dan prinspi kebebasan individu yang dijamin konstitusi, tapi juga menyangkut aspek keuangan. Pasangan yang menikah di Amerika Serikat berhak atas berbagai tunjangan, seperti tunjangan kesehatan, pendidikan dll. Kaum LGBT itu, yang menikah sesama jenis dan kadang mengadopsi anak memperjuangkan pengakuan negara terhadap status pernikahan mereka agar mereka berhak mendapatkan tunjangan dari negara.

Sangat boleh jadi dukungan terhadap perjuangan untuk memperoleh akses finansial itulah yang mendorong banyak tokoh bisnis di sana membantu gerakan LGBT. Saya tidak tahu apakah barisan CEO perusahaan raksasa seperti Tim Cook (Apple), Jeff Bezos (Amazon), Steve Balmer (Microsoft), Llyod Blankfein (Goldman Sachs) dan sederet lainnya sekedar bersimpati terhadap tuntutan keadilan LGBT atau pelaku LGBT itu sendiri. Walahualam.

Ketiga, sebagai seorang muslim, saya faham bahwa “penyimpangan” semacam LGBT merupakan daerah terlarang. Namun sebagai warga negara saya harus menghormati pilihan setiap individu sepanjang tidak merugikan orang lain, apalagi khalayak. Sebagai pendidik, saya selalu berusaha berorientasi pada solusi dan tidak ingin terjebak pada lingkaran persoalan yang hanya akan memperburuk keadaan.

Keempat, karena itu saya mengambil jalan tengah. Mari kita hormati pilihan setiap individu. Kita bantu meluruskan “penyimpangan” itu dengan cara yang baik, kalau kita mampu. Tapi kita harus membedakan dengan jelas pilihan individu, yang merupakan domain pribadi, dan ajakan serta kampanye yang jelas jelas menjadi ranah publik.

Karena itu kepada rekan rekan investor dan trader di BEI, yang sangat khawatir akan kehilangan potensi keuntungan - (pada saat tulisan ini saya ketik, Senin 03 Juli 2017 pukul 10.04, harga MAPB turun 5% lebih) – saya menghimbau agar jangan bersikap reaktif yang memberi kesan berkampanye mendukung gerakan LGBT.  Declaration of Independence berbeda dengan Undang Undang Dasar, kultur Amerika Serikat berbeda dengan budaya bangsa. Mari kita hidup dengan menghargai perbedaan dan tegak di atas kedaulatan dan kehormatan masing masing......

Hasan Zein Mahmud
Investor saham, Instruktur pada LP3M INESTA


3 Jul 2017

Para anggota grup Investa, para nasabah BNI Securities Semarang dan para pembaca yang budiman,

Usai sudah liburan terpanjang tahun ini untuk merayakan HARI RAYA IDUL FITRI 1438 H dan tidak lupa saya dan tim INVESTA mohon MAAF LAHIR BATIN atas semua kesalahan dan kekilafan kami selama ini. 

Bagi para trader sejati yang sudah biasa mengisi kegiatannya dengan trading di Bursa tentu sudah tidak sabar untuk segera melakukan aktifitasnya kembali. Lantas bagaimana prediksi Bursa pada awal perdagangan hari ini dan sekaligus mengawali Smester kedua th.2017 ?? Pengalaman saya yang lebih 26 th sebagai salah satu pelaku pasar dengan pengalaman yang lalu2 bahwa meski volume frekuensi perdagangan mungkin masih relatif belum normal tetapi kemungkinan IHSG cenderung menguat.

Hal ini mendasarkan pada psikologi para trader bahwa setelah libur panjang para trader mempunyai semangat untuk memulai dengan BELI dulu dibandingkan keinginan dengan JUAL dulu. Apalagi pada saat menjelang libur panjang kebanyakan para trader sudah melakukan Penjualan { TP } lebih dulu sehingga mempunyai posisi Cash lebih besar.

Selain itu mejelang liburan lalu IHSG juga pada posisi tertimggi yaitu 5829 dengan dukungan saham2 Blue Chip seperti ASII, BMRI, ISAT, PTBA, INDF. Kondisi makro ekonomi kita juga oke2 saja dan bahkan relatif lebih bagus dengan cadangan devisa yang bertambah dan nilai rupiah yang stabil. Sehingga prediksi bahwa IHSG akan menguat hari ini tidaklah tanpa berlebihan dan dikisaran 5835 sd 5860.

Apa yang bisa diperhatikan sahamnya? dengan memperhatikan beberapa kejadian seperti aksi korporasi, publik ekspose beberapa emiten , harga komoditas dunia serta pola trading beberapa saham sebelum liburan maka saya mencoba akan  memperhatikan saham2 INKP, GJTL, INCO, ELSA, SMGR, JPFA, MEDC dan MCOR 

Bagaiman dengan BUMI ? Oya buat trader yang mempunyai "keberanian" dan mental yang kuat silahkan jika mau spekulasi di saham BUMI mengingat OJK telah memberikan IJIN EFEKTIF atas aksi korporasi menerbitkan Right Issue dan OWK yang menyita perhatian banyak pelaku pasar. Namun perlu diingat bahwa sudah beberapa kali saham ini sering membawa "korban" bagi investor yang belum siap disamping potensi keberuntungan yang ada.

Jadi silahkan anda mengukur segala kemampuan masing2 untuk trading maupun investasi di saham BUMI dan afiliasinya dengan mempertimbangan segala aspek yang ada. Jika aksi korporasi BUMI ini berhasil maka kemungkinan besar akan menjadi MODEL bagi grup Bakrie bahkan emiten2 yang lain. Harus diakui bahwa BUMI memang sangat kreatif dalam melakukan manuver2 keuangannya.

Semoga hari ini menjadi awal yang baik bagi kita semua khususnya anggota Grup INVESTA.


Notes: buat investor yang ingin bergabung di grup Komunitas Investa bisa daftar ke no WA 087700085334. dengan menyebutkan nama, umur dan kotanya.
Kami telah menyiapkan Grup WA baru dengan nama KOMUNITAS INVESTA III bagi anggota baru.

Salam,

Hari Prabowo ( INVESTA )
WA.087700085334

Anda paling tertarik pada artikel apa ?

Flag Counter
Powered by Blogger.

.

.

.