Seperti perkiraan saya kemarin Indeks Bursa Regional sementara ini nampaknya tidak terlalu berpengaruh ke IHSG, lihat saja sekalipun regional rata2 naik bahkan indek Hangseng dan Shanghai masing2 naik lebih dari 2%, IHSG tetap saja turun 0,8% (5447). Investor asing kembali melakukan aksi jual dengan net sell Rp.682 Milyar. Beberapa teman investor mengeluhkan susahnya trading saat ini, mungkin juga hal ini anda rasakan. Pasar memang sedang susah ditebak arahnya, ada pengamat yang mengatakan masih trend bullish tetapi kondisi yang terjadi justru tekanan jual semakin kuat.
Dari 4 saham yang saya cermati kemarin hanya 3 saham yang menguat yaitu GJTL, SMRA dan RALS selebihnya melemah. Analisis memang tidak selalu benar apalagi kondisi pasar yang lagi sentimen negatif seperti ini. Susah menjawab dengan pasti apa penyebabnya konidi pasar saat ini.
Sudah beberapa kali saya sampaikan secara pribadi saya menganggap penyebab salah satunya dan bahkan dominan adalah pelemahan rupiah, hal ini mengingat struktur hutang negara kita dan beberapa korporasi yang bergantung US Dollar. Dilevel saat ini mendekati 13.000 adalah kondisi yang sangat tidak nyaman bagi kegiatan bisnis. Harga komoditas unggulan Indonesia seperti batu bara, CPO, dan pertambangan lain harganya di pasar dunia juga sedang tidak bagus. Sehingga berpengaruh terhadap harga saham2 berbasis komoditas tersebut.
Namun kita juga tidak boleh lupa bahwa th 2014 lalu IHSG kita sudah naik 22% itu termasuk jajaran bursa yang terbaik. Artinya banyak harga saham yang sebenarnya sudah naik tinggi sepanjang tahun, tentu wajar pula kalau ada koreksi.
Bursa juga tidak terlepas dari "kepercayaan" terhadap penyelenggara negara. Dulu ada effect Jokowi ketika baru terpilih menjadi presiden IHSG melejit, nah sekarang investor juga sedang terus mengamati kinerja Pemerintah terutama tim ekonominya. Mampukah tim ekonomi membawa pertumbuhan ekonomi serta iklim investasi yang lebih baik.
Tidak hanya itu iklim politik, hukum dan keamanan juga tidak lepas dari pengamatan pelaku pasar, apalagi investor asing tentu berkepentingan tentang hal ini. Tidak bisa dipungkiri bursa kita masih banyak bergantung investor asing memang.
Bagaimana dengan fenomena " Sell In May and Go Away " ? itu istilah yang memang dikenal oleh pelaku pasar saham, entah apa penyebabnya tapi investor juga kadang latah untuk ikut2an atau paling tidak punya rasa khawatir sehingga tidak berani masuk ke pasar.
Dalam situasi sulit ini ada juga saja saham penghapus dahaga, kemarin ada saja saham2 yang justru naik lebih 10%, apa lagi kalau bukan saham lapis ketiga lihat saja KBRI dan FREN. Sekalipun saham ini sering bikin Dugem (duduk gemetar) tapi sekali tempo bisa juga kasih cuan disaat musim kering he..hee.
Tetap hati2 dan disiplin tinggi menghadapi pasar yang sedang sulit ini.
INVESTA
pn.2b7dd5ee (sampaikan kata kunci "salam investa" setelah add)
email. investa.p3m@gmail.com
0 komentar:
Post a Comment
Mohon menulis komentar dengan bahasa yang baik tidak mengandung unsur sara, politik dan iklan.