Dua pekan terakhir Asing labih banyak melakukan penjualan dibanding pembelian saham di bursa kita, kemarin masih kembali terjadi net sell sebesar Rp.723 M. Sekalipun rupiah menguat dikisaran 12.972 tetapi tekanan jual asing mengakibatkan IHSG hanya mampu naik 0,19% (5447). Ini merupakan fakta yang mesti diperhatikan bahwa analisa kita tidak hanya pada sisi Fundamental atau Teknikal saja tetapi penting juga menganalisa bagaimana transaksi asing. Karena kalau dicermati peran asing lebih dominan termasuk pada jenis sahamnya.
Saya mempunyai pengalaman bahwa jika suatu saham terdapat minimal 3 broker asing melakukan penjualan maka harga saham tersebut cenderung lebih banyak turun pada hari tsb. Demikian pula sebaliknya jika ada 3 broker asing bersamaan membeli satu saham tertentu maka harga saham tsb akan naik.
Makanya selain faktor Fundamental dan Teknikal untuk trading harian saya selalu perhatikan Nilai Rupiah, Bursa Regional, transaksi asing, dan harga komoditas.
Asing tentu punya strategi sendiri dalam tranksaksi yang kadang terasa aneh juga misalnya ada saham yang FA nya cukup bagus tetapi asing terus melakukan tekanan jual sehingga harga turun kebawah. Tetapi beberapa hari kemudian kembali asing melakukan buy back saham tersebut sampai harganya melambung tinggi bahkan melebihi harga sebelumnya. Hal ini sering saya perhatikan (misalnya waktu itu salah satunya BJTM di bulan Okt / Nop).
Bisa saja penjualan dilakukan karena mereka justru ingin menampung lebih banyak di harga bawah, karena ketika asing jual diharapkan investor ritel akan panik dan ikutan jualan saat itulan asing kembali masuk.
Maka saya pribadi tetap meyakini kalau Fundamental perusahaan itu bagus dan menunjukkan pertumbuhan penjualan dan apalagi laba usahanya ada peningkatan serta emiten tersebut telah listing lebih 2 tahun, tidaklah perlu terlalu khawatir jika harga sahamnya sedang turun karena masalahnya cuma waktu yang pada saatnya saya optimis saham tersebut akan balik naik lagi menyesuaikan Fundamentalnya.
Kepanikkan kadang malah membuat kita serba salah, sehingga dibutuhkan pskiologis yang handal khususnya dalam kondisi pasar yang kurang bagus. Cut Loss memang bisa jadi pilihan tetapi itupun harus diperhitungkan dan dilakukan pada saat yang tepat. Namun menunggu protofolio yang bagus sekalipun harganya sedang turun juga merupakan sesuatu yang sudah menjadi jiwa investasi jangka panjang.
Salam,
Hari Prabowo / INVESTA
pin.2b7dd5ee (sampaikan kata kunci "salam investa" setelah add)
email. investa.p3m@gmail.com
0 komentar:
Post a Comment
Mohon menulis komentar dengan bahasa yang baik tidak mengandung unsur sara, politik dan iklan.