Para Komunitas Investa, Para Nasabah BNI Securities Semarang dan para Pembaca yang budiman,
Biasanya psikologi kita mungkin juga sama, timbul rasa "sayang" terhadap saham yang harganya turun tersebut, semakin dalam turunnya justru kita semakin "sayang". Kenapa?? karena kita tidak siap melakukan Cut Loss atau jual dalam keadaan rugi. Semakin ruginya besar semakin kecil nyali kita untuk Cut Loss dan hal tersebut ternyata malah jadi awal yang menyakitkan.
Sebelumnya kita tentu berharap agar saham tersebut suatu saat bisa kembali naik paling tidak kembali pokok sajalah...supaya tidak rugi. Tapi kapan ya...?? misalnya kita beli th.2010 dibeli dengan harga 2000 an sekarang th.2015 harganya bawah 100. Apalagi kita tidak pernah melihat Fundamental / kinerja Perusahaan yang sahamnya kita beli tersebut, padahal ternyata kinerjanya memburuk; hutangnya besar, penjualannya turun, Labanya anjlok bahkan RUGI semakin besar. Itu semua tidak kita perhatikan. Yang kita INGAT hanya waktu beli harganya tinggi yaitu 2000 sekarang tinggal 100 murah banget merasa tidak akan turun lagi.
Tapi siapa yang menjamin bahwa harganya tidak akan turun lagi?? waktu harga turun 400 sebelumnya juga pikiran kita seperti itu tidak mungkinlah turun ke 100. Eh, ternyata faktanya jadi 100 !!
Sekarang bagaimana solusinya ? Kalau harga saham kita mulai turun sampai pada batas toleransi resiko yg kita tetapkan (misalnya 5%) segera kita perhatikan secara serius dan lihat fundamental serta kemungkinan prospeknya. Jika memang tidak ada dukungan apapun jangan ragu untuk Cut Loss.
Bagaimana kalau sekarang sudah terlanjur parah ?! Jangan putus asa cari saham yang kinerjanya secara Fundamental bagus dan usahakan harganya sebanding dengan saham kita yang jatuh tadi supaya kita tidak nombok modal lagi.
Jika sudah ada pilihan maka jangan ragu untuk "melepas" saham lama yang terpuruk tadi dan hasilnya LANGSUNG belikan saham baru yang mempunyai Fundamental dan propek yang lebih baik. Agar kita bisa punya nyali kita harus berpikir sedang "menukar perusahaan" dan jangan ingat harga beli kita atas saham lama walau sudah turun ratusan persen.
Harapan kedepan saham baru yang kita miliki akan lebih bagus perkembangannya, lupakan saham lama kita agar tidak membuat kita sakit hati karena sakit hati tidak menyelesaikan masalah dan akan menjadi beban psikologi tersendiri yang bisa membuat keputusan kita serba salah.
Sebagai contoh saja jika 3 bulan lalu kita menukar saham BUMI ketika harganya 90 dan membelikan saham DSFI yang dari rilis Laporan Keuangan menunjukkan kinerja yang super dan prospek industri yang bagus di harga 80. Maka saat ini harga saham BUMI mentok di 50 sedangkan DSFI loncat 198.
Kesimpulannya jangan ragu untuk menukar saham kita dari saham yang tidak punya prospek meski sebelumnya kita beli dengan harga tinggi ke saham yang mempunyai prospek bagus, karena ini salah satu upaya agar modal kita tidak tergerus habis dan sebaliknya mulai bisa menghasilkan.
Salam,
INVESTA
pin. 2b7dd5ee (segara tulis "salam investa" setelah invite).
0 komentar:
Post a Comment
Mohon menulis komentar dengan bahasa yang baik tidak mengandung unsur sara, politik dan iklan.