10 Mar 2015

Setelah melewati IHSG 5500 memang perjalanan akan lebih berat, kenaikan beberapa saham BC pendukung IHSG tentu akan meningkatkan PER. Kalau PER nya terlalu tinggi akhirnya akan terjadi koreksi. Sehingga untuk memprediksi langkah selanjutnya kita mesti melihat bagaimana kinerja perusahaan, dan hal itu hanya bisa melihat dari Lap Keuangan Perusahaan.
Untuk Lap Keuangan akhir Desember 2014 saja belum semua perusahaan bisa mengumumkannya, sehingga tanpa melihat kinerjanya cukup sulit meramalkan harganya.

Sementara ini kita mungkin harus bersabar karena IHSG akan konsolidasi dulu, Kemarin IHSG turun 1,2% (5444) asing net sell Rp.347 M. Moga2 jika ada koreksi lanjutan tidak sampai menembus 5400. Sebab setiap kenaikan atau penurunan kelipatan 100 bisa menjadi Indek psikologis, artinya jika jebol 5400 bisa berdampak negatif. Demikian sebaliknya jika indek bisa kembali ke 5500 maka akan positif.

Tgl,27 Pebruari 2015 lalu saya mengulas khusus menngenai saham INAF (http://www.investalpppm.blogspot.com/2015/02/prospek-saham-indofarma-inaf.html ). Itu mendasarkan pada kinerja September 2014 dan informasi manajemen tentang kinerja Desember 2014 serta prediksi 2015. Bila yang disampaikan benar maka saya optimis prospek saham INAF sangat menawan th.2015 ini. Dalam ulasan saya yang lalu prediksi harga sahamnya bisa mencapai 370, bahkan jika harga tersebut bisa kecapai setidaknya akhir Maret ini maka bisa berlanjut.

Maka saham ini bisa menjadi pertimbangan dan ada beberapa teman yang mulai menukarkan portofolionya yang sahamnya yang secara kinerja meragukan dan bahkan memburuk ke saham INAF.
Kemarin dalam kondisi IHSG tertekan berat saham INAF malah memperlihatkan jati dirinya naik lebih dari 2%, bila kelak IHSG kembali ke jalur hijau tidak menutup kemungkinan saham INAF bisa naik lebih tinggi.

Sayang sekali memang pelemahan rupiah yang kembali tembus Rp.13.047 (versi BI) masih dianggap wajar saja oleh Pemerintah. Menurut saya ini sudah tidak wajar, karena akan berdampak berat terhadap hutang Pemerintah dan Swasta dalam bentuk US Dollar. Disisi lain ekspor kita juga tidak bisa naik signifikan karena harga komoditas unggulan sedang turun harganya.
Contohnya emiten ANTM saham BUMN ini th.2014 malah merugi, seperti diketahui ANTM memproduksi pertambangan termasuk emas dan harga emas juga lagi terpuruk, demikian pula tambang yang lain.

Seharusnya Pemerintah dan BI lebih serius melakukan terobosan untuk memperkuat rupiah terhadap US Dollar ini, jangan menganggap semua wajar2 saja, sebelum semua menjadi runyam. Angka ini sama dengan kondisi krisis th.1998 !

Semalam DOW kembali menguat 0,78% tetapi EIDO masih minus 0,52% jadi kita masih harus hati2 menyikapi perkembangan, Sabar dan disiplin, beli karena prospek perusahaan, bukan hanya murahnya harga tapi perusahaan kinerjanya tidak jelas.

Salam,

INVESTA
pin.2b7dd5ee (sampaikan kata kunci "salam investa" setelah add)

0 komentar:

Post a Comment

Mohon menulis komentar dengan bahasa yang baik tidak mengandung unsur sara, politik dan iklan.

Anda paling tertarik pada artikel apa ?

Flag Counter
Powered by Blogger.

.

.

.