Awal awal tahun 2015, setelah liburan panjang natal dan tahun baru, pelaku bursa dikejutkan sengan paradoksal kebijakan pemerintah menurunkan harga BBM bersubsidi, tetapi di lain pihak penurunan BBM bersubsidi itu dilanjuti dengan rencana kenaikkan tarif dasar listrik dan kenaikkan harga LPG 12kg yang mencapai harga Rp.145.000- Rp.165.000 ditingkat pengecer, atau kenaikkan sebesar 22%, yang tentu saja menghapus harapan akan turunnya angka inflasi.
Kesimpangsiuran ini ditambah lagi dengan penurunan harga minyak mentah dunia yang mencapai 47 USD/barrel, penurunan harga minyak historisnya inline dengan pelemahan pertumbuhan ekonomi global, di lain pihak terjadi penguatan harga komoditas CPO akhir akhir ini, setelah penulis amati lebih jauh, penurunan harga minyak mentah tampaknya sejalan dengan pelemahan harga komoditas batu bara dan CPO yang terjadi sebelum harga minyak mintah dunia turun, harga minyak mentah mau tidak mau tunduk terhadap hukum pasar akan lemahnya harga komoditas pertambangan maupun pertanian.
Penulis mengamati di bursa kita kian hari kian sulit memperoleh keuntungan, disamping tidak semudah tahun 2012-2013 karena pada waktu itu jelas, trennya adalah sektor property, tiga hari belakangan ini terlihat bandar mengocok permainan tiga sektor yang berlainan, Konsumer - Property – Agriculture, dalam minggu yang sama, hari yang berbeda, tren sektoral hari sebelumnya hanya bertahan pada menit menit pertama perdagangan bursa, selanjutnya dirotasi ke sektor yang lain, diselingi dengan permainan saham-saham gorengan macam TRAM dan INVS. Bila kita tergiur oleh permainan bandar ini bukan tidak mungkin kita akan melepas saham yang sudah kita pelihara lama, dan terjebak dalam permainan baru yang belum pasti.
Sejauh ini penulis belum melihat adanya aliran dana hot money yang biasanya terjadi pada awal tahun , tercermin dengan semakin melemahnya mata uang rupiah yang mencapai level 12.700, dari sebelumnya 12.400, market hanya di drive oleh ekspetasi January efect dan kinerja pemerintahan yang baru, yang belum tentu bagus.
Di sektor rill penulis mengamati terjadi penurunan daya beli masyarakat, di tengah melambungnya harga kebutuhan pokok seperti beras dan cabai, sektor maritim yang didengung dengungkan olah Jokowi ternyata menurut sejumlah pengamat hampir mustahil direalisasikan dalam jangka 1 atau 2 tahun, disamping infrastruktur yang dibangun oleh pemerintahan sebelumnya berorientasi ke darat, diperlukan dana trilyunan untuk merealisasikan mimpi Jokowi, disamping belum terbiasanya rakyat kita untuk membangun di laut, mungkin inilah yang menyebabkan investor asing ragu2 untuk menanamkan dananya lebih banyak di bursa kita, lebih mudah meneruskan yang sudah ada, dan meningkatkannya, dari pada memulai sesuatu yang baru.
Bila IHSG bergerak sideways atau tidak kemana-mana, sebentar gap bawah sebentar lagi tertutup, baiknya kita menginvestasikan dana kita dalam jangka waktu yang cukup lama, karena bila kita cepat-cepat merealisasikan keuntungan kita akan rugi fee dan ketika saham tersebut naik kembali kita hanya bisa melongo menyaksikan kenaikkan fantastis saham yang sebelumnya kita pegang, penulis mengalaminya sendiri pada saham APLN, analisa penulis yang disampaikan pada blog ini belum tentu akan terealisasi esok harinya, bisa jadi lusa atau minggu depan, karena penulis bermain dengan arah trend, sabar.. disiplin dan menunggu akan membuahkan hasil yang lebih besar.
jangan lewatkan analisa penulis
http://keneishastock.blogspot.com/2015/01/akra-dalam-lorong-channel.html
http://keneishastock.blogspot.com/2015/01/ades-break-konsolidasi.html
http://keneishastock.blogspot.com/2015/01/ultj-gap-up.html
nb. http://investalpppm.blogspot.com/2014/07/blog-keneishastock-apresiasi-untuk.html
0 komentar:
Post a Comment
Mohon menulis komentar dengan bahasa yang baik tidak mengandung unsur sara, politik dan iklan.