22 Feb 2016

Para Pembaca dan Nasabah BNI Securities Semarang yang budiman,

Sebagaimana yang ditunggu tunggu dan diharapkan pekan lalu Bank Indonesia telah menurunkan BI Rate menjadi 7% atau turun 0,25%. Penurunan  ini sudah sesuai ekspektasi pelaku pasar, tetapi kenapa IHSG malah turun? Sebagaimana yang sering terjadi di pasar dengan istilah "Buy stock on the rumor, Sell on the News" dimana pembelian dilakukan ketika ada rumor tetapi justru penjualan dilakukan ketika rumor tersebut sudah menjadi kenyataan.

Akhir pekan lalu memang penurunan IHSG banyak dimotori  oleh turunnya harga saham2 Perbankan antara 2% sd 6% dan itu terjadi pada Bank2 papan atas yang mempunyai Kapitalisasi besar seperti BBNI, BBRI, BMRI, BDMN  dan BBCA.
Penurunan BI Rate sebenarnya bagus untuk dunia usaha terutama disektor riel karena penurunan bunga kredit akan membuat beaya bunga yang ditanggung oleh debitur akan lebih ringan. 

Pemerintah memang berencana  menurunkan tingkat suku bunga menjadi Single Digit atau dibawah 10% karena Indonesia menjadi negara tertinggi suku bunga kreditnya di ASEAN, Malaysia, Singapura dan Thailan dibawah 10% sedangkan Indonesia lebih 12%. Untuk menurunkan suku bunga kredit tentu terlebih dulu harus menurunkan bunga dana seperti deposito. Saya kira ini sudah benar langkahnya dimana nanti Pemerintah, BI dan OJK akan menerapkan dalam peraturan secara bertahap.

Bukan hanya itu Pemerintah, BI dan OJK akan mengatur juga Net Interst Margin (NIM) yaitu komponen pendapatan utama Bank. Bahkan Menteri BUMN menginginkan NIM Bank BUMN bisa turun menjadi 3%. Untuk  menuju bunga kredit turun maka BUMN juga  mesti bersedia menerimana bunga depositonya turun pula.
   
Bagaimana investor melihatnya?? adakah yang salah?  Mungkin cara berpikir sebagian investor begini, karena NIM Bank turun maka akan menurunkan Laba Bank2 sehingga wajar jika harga saham Bank menyesuaikan turun.
Penyebab lain yaitu ada kemungkinan Investor asing yang semula happy dengan mendapatkan bunga deposito atas dananya yang disimpan di Bank2 yang berada di Indonesia yang biasa tinggi kedepan harus berkurang penerimaan bunganya. Dengan demikian investor asing sementara melakukan net sell terutama dari saham2 perbankan.

Kalau saya boleh berpendapat kebijakan penurunan suku bunga ini sudah benar karena dalam jangka panjang suku bunga yang murah akan mendorong dunia usaha menjadi tumbuh. Mereka pemilik dana berusaha melakukan investasi dibidang lain yang semula hanya menyimpan di Bank.Pengusaha yang mempunyai kredit Bank akan membayar bunga kredit yang lebih murah sehingga keuntungan yang diperoleh juga lebih banyak.

Apakah keuntungan Bank akan turun dengan NIM yang rendah? belum tentu karena dengan bunga kredit yang lebih rendah selain harga pokoknya diperoleh lebih rendah pula, Bank2 akan bisa menyalurkan kreditnya lebih banyak sehingga pendapatan bunga secara kuantitatif juga meningkat. Selain itu Bank2 masih punya pendapatan dari usaha lainnya yang masih dalam lingkup usahanya.
Ini ibarat pedagang yang menurunkan harga jualnya tetapi barang yang dijual akan meningkat lenih banyak  jadi hasilnya toh tidak harus turun bahkan bisa lebih bertambah.

Jadi penurunan harga saham Bank2 yang mempengaruhi IHSG kemarin menurut saya sifatnya sementara dan setelah konsolidasi kedepan saya kira akan normal kembali. Bahkan mungkin juga saham2 emiten lain bisa lebih positif dengan penurunan bunga kradit ini karena rata2 emiten punya hutang Bank dalam struktur pembiayaannya.

Jadi tidak usah terlalu galau menanggapi penurunan saham Bank dan IHSG masih ada pilihan lain bukan??

Salam,

INVESTA
Pin, 2b7dd5ee (wajib ketik "salam investa" setelah invite dan terkonfirmasi)

0 komentar:

Post a Comment

Mohon menulis komentar dengan bahasa yang baik tidak mengandung unsur sara, politik dan iklan.

Anda paling tertarik pada artikel apa ?

Flag Counter
Powered by Blogger.

.

.

.