Para Pembaca dan juga Nasabah2 BNI Securities Semarang yang budiman.
Pelemahan Rupiah semakin dalam data BI menunjukkan Rp.13.191,- per US $,. Asing kembali mencatatkan net sell 472 M. Meski indek beberapa Bursa Regional dan Global menunjukkan penguatan tetapi IHSG harus ditutup merah kemarin 5426 (-0,25%).
Investor asing terus mengurangi posisi portofolionya di saham sehingga tekanan IHSG masih terus berlangsung, lebih mengkhawatirkan kalau investor asing juga melakukan penjualan atas Surat Utang Negara ( SUN ) yang jumlahnya Triliunan Rupiah. Hal tersebut bisa lebih menekan Rupiah dan berdampak pula mengurangi Cadangan Devisa kita.
Sekalipun beberapa pejabat Pemerintah dan BI menyatakan kondisi masih wajar atau aman tetapi kenyataannya Investor mulai panik, indikasi net sell Asing seminggu terakhir menunjukkan kepercayaan terhadap investasi Saham di Bursa kita mulai berkurang. Padahal kita tau pelepasan saham biasanya sementara mereka alihkan ke US Dollar sekalipun masih di simpan di Bank dalam negeri tetapi bentuknya US Dollar dan tetap saja akan membuat US Dollar semakin menguat karena permintaan bertambah.
Dalam beberapa kali kesempatan baik tulisan maupun wawancara saya di salah satu Radio untuk Ulasan Bursa, jauh sebelumnya ketika Rupiah pada posisi Rp.11.600,- per US $ sudah mengingatkan akan dampak nya jika pelemahan Rupiah berlanjut. Namun nampaknya Pemerintah dan BI masih menganggap karena pelemahan ini akibat faktor eksternal jadi masih tenang2 saja nampaknya.
Ingat kondisi th.2008 juga terjadi krisis yang berasal dari luar tapi akibatnya juga dirasakan didalam negeri. Kita menganut sistem pasar terbuka jadi dari manapun asalnya semua konsekuensinya ikut merasakan juga, sehingga Pemerintah dan BI sebaiknya bisa mengantisipasi lebih cepat bila tidak ingin kondisi lebih parah.
Krisis th.1998 dan 2008 seharusnya menjadikan pembelajaran dan pengalaman yang berguna, jangan lupakan sejarah.
Bagaimana prediksi IHSG kedepan? beberapa analis sebelumnya meramalkan IHSG akan tembus 6600 th.2015 ini, namun saya pribadi agak ragu jika kondisi Rupiah masih tetap diatas Rp.13.000,- IHSG bisa sampai ke 6000.
Beberapa hari terakhir nilai transaksi Bursa juga mulai menyusut ini juga indikasi bahwa terjadi penurunan minat transaksi investor, mereka akan melihat perkembangan terlebih dahulu.
Pemerintah yang berencana meluncurkan paket kebijakan ekonomi masih kita tunggu, menurut saya harus dengan dosis yang cukup tinggi untuk meredam penyakit pelemahan Rupiah yang semakin parah ini.
Saya mempunyai catatan khusus untuk memprediksi arah IHSG, antara lain jika Indek Bursa Global dan Regional naik IHSG tidak ikut naik, tetapi jika Bursa Global / Regional sedang turun IHSG ikut makin turun. Ini tanda2 IHSG masuk masa Bearish.
Semalam DOW turun, Eropa bervariasi, EIDO turun 0,79% haga Minyak mentah (WTI) anjlok 4,79% dilevel US$ 44,84, Perak, Gandum dan Jagung juga turun.
IHSG berharap dari Paket ekonomi dari Pemerintah dan BI dalam pekan ini seberapa manjurkah untuk menopang pelemahan Rupiah? Jika pelaku pasar merespon positif maka IHSG akan tertahan turun lebih dalam tapi jika paketnya masih membutuhkan proses lama maka Rupiah bisa bergerak liar dan akibatnya IHSG bisa bergerak turun duluan.
Relatif sulit memilih saham pada saat seperti ini, saham bagus pun bisa terseret pasar yang sedang demam. Apalagi saham yang sensitif terhadap pergerakkan nilai Rupiah sebaiknya hindari dulu kecuali sudah ada respon positif terhadap Paket Ekonomi Pemerintah Jokowi.
Teorinya pelemahan Rupiah bisa mendongkrak ekspor tapi kita tau hasil komoditas yang berasal dari dalam negeri harganya sedang jatuh termasuk pertambangan dan permintaan dari luar negeri juga sedang melemah jadi kita harus bersikap realistis.
Kiatnya harap sabar dan disiplin, tidak emosi, tidak melawan pasar, menyikapi setiap perkembangan dan jangan gunakan margin pada kondisi seperti ini.
Semoga selalu mendapatkan yang terbaik.
salam,
pin.2b7dd5ee (sampaikan kata kunci "salam investa" setelah add)
email. investa.p3m@gmail.com
0 komentar:
Post a Comment
Mohon menulis komentar dengan bahasa yang baik tidak mengandung unsur sara, politik dan iklan.