Trading atau aktivitas jual beli saham, baik dari dilihat dari skill trading, resiko, dan potensi profit, memang lebih mudah dilakukan diwaktu pasar Bulish, pasar bullish dapat ditunjukkan dengan terbentuknya nilai tertinggi baru harga saham, di waktu bullish, kita walaupun tidak sengaja, malas menganalisa saham, serta tidak begitu memahami skill trading dengan menekan tombol BUY suatu saham, yang tidak kita pahami, kita tidak mengerjakan suatu apapun (HOLD), hari2 berikutnya saham tersebut dengan sendirinya akan memberikan keuntungan, jika kita mempunyai tingkat kesabaran yang cukup, kita biarkan saja saham tersebut harganya kian hari akan kian naik, karena saham tersebut berada dalam trend naik (bullish) “even a monkey can make money in bull market”, walau bukan tanpa resiko sama sekali.
Saat ini IHSG ditekan dari segi makro ekonominya, yang dimaksud disini hampir semua saham dan sektor menunjukkan gejala bearish, bukan hanya sektor tertentu saja, ditunjukkan dengan melemahnya rupiah, sebagai akibat kian panasnya suhu perpolitikan di tanah air, dan rencana kenaikkan harga BBM, dimana IHSG sebagai barometer persahaman di tanah air, baru saja mencapai level tertinggi baru di level 5262, berarti jalan menuju bottom masih panjang, karena Investor jangka panjang belum merealisasikan keuntungan semuanya, bila big fund akan keluar dari pasar diperlukan waktu berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan untuk keluar dari pasar, karena besarnya dana Hot money yang akan keluar, banyak analis memperkirakan IHSG akan mencapai level 4850 di akhir tahun ini, dimana level tersebut (4850) belum tentu merupakan titik bottomnya, bisa saja IHSG meluncur turun ke level 4750, bila level strong support tersebut tidak mampu menahan. Who’s Know?
Lalu bagaimana kita dapat menyikapi pasar saham yang bearish? Bila penulis dapat menyarankan, di saat seperti ini, untuk trader follower, dengan orientasi jangka menengah atau panjang, sebaiknya mencairkan portofolionya, dan menempatkan dananya ke instrumen yang lebih aman, seperti deposito atau mungkin ORI, atau bila anda sedikit berjiwa spekulator anda dapat menempatkan dana anda dalam bentuk Dollar AS, ataupun logam mulia (emas), karena disaat market bearish seperti ini, serta kecenderungan Bank sentral Amerika Serikat (The Fed) untuk menaikkan Fed ratenya, nilai tukar USD akan terus menguat terhadap semua jenis mata uang.
Bagi yang masih “kebelet” trading saham, mungkin karena tidak ada kerjaan yang lain yang dapat dikerjakan (kurang kerjaan wkwkwk), anda dapat melakukan trading dengan melakukan pembelian BOS (buy on support), level2 support dapat ditentukan dengan fractal, seperti yg penulis penah bahas, trading semacam ini, bukannya tanpa resiko, karena bisa saja harga saham tersebut tidak menyentuh level support dan hanya bermain-main di kisaran harga support, atau bisa saja support tersebut tertembus, atau bisa saja false break low, kita bisa tertipu untuk melakukan cut loss karena support pertama sudah tertembus, oleh karena itu trader harus melakukan strategi lain dengan beli mencicil, pada level2 harga mendekati support, bisa dilakukan bukan dalam hari yang sama (1-3 hari), dengan resiko buy average yang lebih mahal, dan kita dapat menjualnya untuk memperoleh profit di level2 resistant, ini juga sangat beresiko, karena bisa saja harga saham tersebut tidak menyentuh resistant, atau hanya 1 lot atau beberapa lot saja menyentuh harga resist tersebut, penulis biasanya mengakalinya dengan penjualan mencicil, bila dianalisa tingkat keuntungan (profit) yang diperoleh pada saat market bearish, tidak akan maksimal, karena dilakukan dengan mencicil, dan tidak dapat disertai dengan average up untuk memboost keuntungan, kecuali anda bernyali badak , potensi loss akan lebih besar, bila anda tidak punya skill trading yg cukup, dan kesabaran yang tinggi menunggu harga terbaik, karena spread profit yang relatif sempit, belum lagi terpotong fee untuk broker.
Sebenarnya, trading dengan menunggu konfirmasi pembalikan arah dapat juga dilakukan, tapi ini resiko keuntungan akan lebih kecil lagi, dengan tingkat resiko yang lebih besar, karena kita harus mengejar harga yang naik tiap waktu, trading semacam ini tidak penulis sarankan di market bearish, karena bisa saja anda baru saja membeli, jam2 berikutnya (atau hari berikutnya) saham tersebut sudah dilanda profit taking.
Resiko trading pasar bearish adalah Risk > Reward (resiko lebih besar dari pada untung) , oleh karena itu penulis sedapat mungkin menyarankan untuk tidak bernafsu mengejar saham yang turun bila belum menyentuh harga “sekitar” level support, bila anda sudah masuk penulis sarankan anda tidak menyimpannya terlalu lama, karena harga saham akan mengikuti trend turunnya, idiom “lebih baik terlambat dari pada salah” tidak berlaku saat pasar bearish, karena pada saat bearish, bila suatu saham sudah terdengar dering alarm BUY, maka itulah saat para pelaku pasar akan beramai-ramai melakukan profit taking, hari berikutnya saham tersebut akan terus ditekan untuk mencetak harga low yang baru, trader yang menganut idiom tersebut akan berakhir menjadi si “pencuci piring” karena pesta dapat dipastikan sudah berada di babak2 akhir.
7 Oct 2014
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment
Mohon menulis komentar dengan bahasa yang baik tidak mengandung unsur sara, politik dan iklan.