Pasar kemarin diliputi panic selling, bahkan saham2 BC yang biasa menjadi pertahanan IHSG mendapat tekanan yang luar biasa. saham UNVR yang biasa sangat kuat menghadapi tekanan IHSG ikut dihajar asing sampai turun 6,4%. IHSG ditutup minus 2,3% (4235).Ternyata warna hijau yang ditunggu malah menjadi merah membara, semua sektor berdarah-darah, asing tetap pegang kendali untuk menekan IHSG. Setelah melihat dari pagi Rupiah mendekati 11800 saya memang jadi pesimis apalagi rata2 saham bank juga memerah indikasi pasar akan turun. Kalau hari ini rupiah sampai 12000, gawat juga sih...Nampaknya BI dan Pemerintah lebih konsen penekanan defisit neraca pembayaran dan membiarkan rupiah bergerak liar. Kita mesti menunggu sampai pengumuman tentang posisi sampai BPS mengumumkan bulan depan? bisakah surplus? Dalam kondisi pasar seperti ini teori FA dan TA hampir kecil pengaruhnya, investor lebih didominasi kepanikkan apalagi saham2 BC berguguran.
Faktor2 makro ekonomi yang meliputi Produk Domestik Bruto, angka inflasi, nilai uang, tingkat suku bunga memang sangat fundamental yang bisa mempengaruhi pasar keuangan termasuk harga saham. Jadi sebelum analisa yang lain analisa makro ekonomilah yang sebenarnya sangat penting. Sebagus apapun FA emiten kalau ekonominya lagi buruk akhirnya juga bisa mempengaruhi kinerja perusahaan sampai harga sahamnya. Lihat saja sektor properti /konstruksi misalnya yg sebelumnya bagus tapi karena suku bunga naik dan nilai rupiah anjlok maka kinerjanya jadi terpengaruh dan harga sahamnyapun jatuh.
Terus terang susah juga menebak kondisi bursa hari ini, saya konsen mengikuti pergerakkan rupiah rupiah dulu, transaksi investor asing baru menentukan langkah lebih lanjut. Dalam situasi seperti ini mesti lebih fokus ke saham2 BC karena kalau ada pantulan maka saham BC akan lebih dulu bergerak aktif. Selamat bertransaksi dengan tetap ekstra hati2, banyak saham murah tapi kalau bisa dapat yang termurah lebih bagus juga.
salam, investa
0 komentar:
Post a Comment
Mohon menulis komentar dengan bahasa yang baik tidak mengandung unsur sara, politik dan iklan.