30 Jun 2014

Sebagaimana yg saya khawatirkan bahwa nilai Rupiah sudah melewati Rp.12.100,- per US$, ini berimbas buat IHSG yg kemarin kembali turun 0,5%. Nampak harga saham beberapa emiten yg terimbas pelemahan rupiah kemarin kembali rontok terutama emiten yg punya obligasi dalam bentuk dollar US dan perusahaan yg banyak import bahan baku.
Hal ini saya kira telah saya ulas beberapa kali pada menu sajian Teh Pagi di blog kita investalpppm.blogspot.com.

Semakin susah saja mencari pilihan saham karena jika ada harga saham yg turun signifikan maka itu akan mempengaruhi juga harga saham yg lain meskipun sebenarnya kinerjanya bagus. Ini hal yg sudah biasa terjadi karena investor/trader selalu membuat perbandingan harga saham secara umum dan menjual sahamnya karena melihat saham lain turun.
Demikian pula sebaliknya, ini sudah menjadi efek phisiologi bagi investor yg rata2 mudah terpengaruh.

Dengan perubahan kondisi yg terjadi maka tentu saham2 pilihan bisa saja menjadi tidak sesuai harapan dan bahkan harus di update menyesuaikan kondisi terbaru. Memang "kita harus menyesuaikan kondisi Pasar bukan Pasar yg menyesuaikan kita".
Untuk itulah mau atau tidak kita mesti terus menyikapi kondisi makro ekonomi, sektor industri, politis, Fundamental perusahaan dll. Inilah yg kadang lupa diperhatikan investor.

Buat yg berniat investasi jangka menengah setidaknya sampai akhir tahun 2014 maka dengan tetap hati2 dan disiplin tinggi cermati saham2 yg punya kinerja bagus dan harganya sedang jeblok karena jika kondisi membaik maka saham2 ini punya potensi mantul tinggi.

Bagaimana dengan saham BUMI yang kemarin naik 14% ? masihkah ada prospek kenaikan harganya??
Seperti kita ketahui BUMI rencanaya hari ini 30 Juni 214 akan menyelenggarakan RUPSLB untuk minta persetujuan dalam rangka mau Right Issue. Dimana rencananya Right Issue ini akan digunakan MEMBAYAR HUTANG dengan perbandingan 20 : 31 artinya setiap pemilik 20 saham lama diberikan HAK untuk membeli saham baru sebanyak 31 saham dengan harga Rp.250,- per saham.
Saya pernah mengulas dalam tulisan saya tentang analisis  "pengaruh aksi korporasi terhadap harga saham". Biasanya setiap menjelang RUPSLB harga sahamnya akan "dinaikkan" karena emiten sangat berkepentingan terhadap RUPSLB tersebut. Dengan naiknya harga sahamnya maka seakan-akan Aksi Korporasi tersebut didukung oleh Pemegang saham. Itu tidak hanya saham BUMI tapi juga terjadi dibeberapa emiten lain yg mau aksi korporasi.

Berapa harga teoritis saham BUMI ? dengan harga penutupan kemarin Rp.172,-  dengan harga penebusan Rp250,- maka harga teoritisnya adalah Rp.219,- per saham. Tentu harga teoritis ini akan berubah2 menyesuaiakan  harga pasarnya sampai nanti pada saat CUM RIGHT.
Bagimana jika nanti harga saat penebusan dibawah Rp.250,- ?? Tentu bagi investor akan rugi jika membeli dengan harga Rp.250,- jika akan membeli lebih baik diharga pasar yg lebih rencah. Itupun kalau investor optimis bahwa setelah Right Issue harga saham BUMI bisa naik kembali.

Bagaimana jika pemegang saham lama tidak mengeksekusi (membeli) saham BUMI yg merupakan haknya? tentu pemegang saham lama akan mengalami dilusi atau penurunan komposisi pemilikan harga sahamnya secara presentase. Lantas bagaimana kira2 prospek saham BUMI kedepan? 
Yang perlu diperhatikan adalah TUJUAN Right Issue ini adalah untuk membayar Hutang (bukan untuk ekspansi) sehingga manfaat bagi perusahaan adalah hutangnya berkurang sehingga beban bunganya juga berkurang.
Aksi seperti ini telah berkali-kali dilakukan BUMI tetapi nampaknya belum bisa keluar dari beban hutang yg besar, karena setiap kali dibayar dengan right issue masih saja ada hutang yg lain. Entahlah kalau kali ini bisa berhasil membuat kinerja BUMI menjadi labih baik dan pemegang saham publik  tidak selalu menanggung hutang saja tapi bisa mendapatkan keuntungan hasil investasinya.

Salam, investa
pin 2b7dd5ee (sampaikan salam investa jika sudah terkoneksi).

0 komentar:

Post a Comment

Mohon menulis komentar dengan bahasa yang baik tidak mengandung unsur sara, politik dan iklan.

Anda paling tertarik pada artikel apa ?

Flag Counter
Powered by Blogger.

.

.

.